Thursday 10 January 2013

Serasa Tapi Beda

Ketika celah-celah tanganmu terisi dengan genggamanku, saat itu juga aku tau kalau perbedaan tidak ada ujungnya. Kita terlahir beda dengan satu harapan yang sama dan rasa yang serupa. Atas nama segala rasa, beri aku sedikit waktu untuk menyiapkan hati, ketika entah suatu saat nanti, kita akan melabuhkan hati pada suatu titik dimana hanya ada elegi dalam suatu harmoni. Biarkan kita meleburkan apa yang menjadi pembeda kita, Tuhan. Biarkan kita melebur menjadi satu. 

Destika Anggun 
Seorang yang menuntut Bhinneka Tunggal Ika benar-benar terwujud dikehidupan sehari-harinya. Dalam hal apapun.
Terutama tentang kamu dan Tuhannya

Benar sekali ketika apa yang diciptakan Tuhan tidak seharusnya dipisahkan oleh manusia. Termasuk dalam urusan keyakinan sekalipun. Merasakan ketidakadilan ataupun ujung yang terlihat abu-abu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kami penikmat beda yang Tuhan ciptakan. Mungkin ini hal yang belum kamu pikirkan, tapi ketika hanya aku yang merasa kalau ini bukan sekedar cerita hidup yang hanya lewat belaka, kalau ini bukan calon masa lalu yang nantinya hanya akan menjadi kenangan semata. Aku mulai tergerak untuk mencari jawaban atas apa yang membuat kita terlihat beda ini. Kita ini beda. Walaupun kita sama-sama mempunyai rasa yang serupa. Aku tidak akan menarikmu masuk dalam lingkar hidupku kalau itu hanya berasaskan atas nama pengorbanan. Semakin lama berjalan berdampingan, semakin sering kita berusaha menyempurnakan satu sama lain, semakin kuat rasa yang tersimpan dalam dada. Aku tidak akan bermain dengan harapan lagi kali ini. Karena untuk kali ini menebalkan harapan adalah mitos belaka. Mereka-reka keadaan kedepan membuat kita merasa memiliki dalam jangka waktu yang hanya kita yang tau walaupun sebenernya itu hanyalah sebuah elegi diri yang terlalu susah untuk direaksikan kembali. Kita terjebak dalam ilusi dan imajinasi, ketika apa yang kita mau selalu terpenuhi. kita tidak berusaha melihat secara nyata apa yang ada didepan mata. Karena perasaan terbatas kata-kata. Ketika sebuah perasaan ini terhalang oleh semua batas yang ada, ketika hanya ada satu dua patah kata yang bisa aku keluarkan untuk mendeskripsikan bagaimana ketakutanku kali ini menghadapi sebuah rasa yang sama tapi dalam beda yang nyata. Mengharapkan yang sederhana ternyata membutuhkan tenaga yang ekstra. Kembali lagi, harapan itu hanya mitos belaka. Intinya yang bisa sama-sama saling memahami yang akan terus jalan berdampingan. Dalam satu penyebutan kata Tuhan, yang berbeda bentuk, aku yakin Tuhan yang kita maksud adalah sama dan serupa. Tuhan yang memberikan aku dan kamu waktu yang tepat untuk merasakan perbedaan ini dengan rasa yang sama. Karena Tuhan tau, aku dan kamu hanya bisa sempurna ketika kita saling menggenggam apa yang kita sebut masa depan. Entah masa depanmu ataupun masa depanku. Jangan buang-buang waktu. Atas nama segala perbedaan, Aku dan kamu pasti bersatu.---- ini harapanku. 
Sekali lagi, Harapan hanya mitos belaka. 

Hey Sid, ayo bersama meleburkan perbedaan, ayo bersama memahami keadaan : ( :