Monday 22 February 2016

Sengaja Terabaikan

Menunggu bunga-bunga bermekaran, 
ketika hari-hari kembali jadi abu-abu. 
terkecuali hari ini. 
Hitam tak berbentuk. 

Bukan karena ini hari Senin yang sudah biasa ikhlas dicaci maki orang, dibenci tanpa tau alasan yang sebenarnya, Bukan pula karena akhir pekan masih jauh. Masih perlu puluhan jam untuk tersenyum lagi. Bukan. Bukan ini alasan kenapa aku terabaikan hari ini. Aku terabaikan untuk kesekian kalinya. 
Dicari ketika hanya dibutuhkan, ditinggalkan ketika semua sudah punya pegangan kebahagiaan. Bahkan satu-satunya orang terdekat dan terpercaya sekalipun. 
Lebih melegakan mungkin, ketika dari awal tidak harus percaya. 
Karena percaya kepada sesama manusia, lebih tidak masuk akal dibanding percaya kepada anjing sekalipun. 

Hari ini dukaku lebih besar dari biasanya. 
Lebih dramatis daripada drama-drama korea yang membuat semua penonton tersedu-sedu.

Berlebihan? 
Nggak. Hmm, mungkin iya kalo kamu belum pernah memberikan kepercayaan kepada satu-satunya sahabat yang paling dekat dengan kamu diwaktu ini. Mungkin iya kalo kamu belum pernah membagikan kebahagianmu ketika dia sedang bersedih. Mungkin iya, kalo kamu belum pernah menjadikan dia sebagai salah satu urutan teratas skala prioritasmu. Mungkin iya berlebihan, kalo semua yang aku sebutin tadi nggak pernah dilakuin. Mungkin dukaku berlebihan. Ketika semua sedang sibuk berlalu lalang mencari kebahagiaan, dan aku tetap terpaku dengan kesedihan yang kamu buat. Lucu memang. Tapi nggak selucu meninggalkanku ketika kamu sudah berbahagia. 
Karena sekarang aku tau, teman bukan kata yang pantas buat hubungan aneh seperti ini. 
Kita hanya sebatas kita. Sudah cukup tanpa nama. Karena dengan begitu aku tidak usah memikirkanmu ketika aku sudah berlari jauh dan kamu mulai membutuhkanku (lagi).