Thursday 29 November 2012

Hujan Sore Ini

Masih setengah terlelap. Mungkin bukan dengan sengaja aku memaksa pikiran ini beristirahat sejenak. Ini demi hari ini yang aku rasa sedikit lebih longgar dari biasanya. Hanya setengah hari pikiran dan tenaga ini dipaksa berpacu untuk memahami bahasa asing yang memang seharusnya dipahami. Hujan datang dengan tiba-tiba beserta serdadu letupan halilintar yang menyambar. Masih sedikit dengan trauma masa kecil, aku menenangkan tangan yang gemetar ini karena hentakan petir yang bergemuruh. Aku boleh saja bernafas lega karena ada kamu disapingku. Tapi sepertinya kamu masih saja dengan duniamu, tidak sedikitpun melihatku yang sudah dengan susah payah menyembunyikan phobia terlaknat ini. Aku bukan takut hujan. Hujan bukan musuhku tentu saja. Aku suka hujan. Walaupun sekali dua kali aku harus membawa payung untuk melindungiku ketika hujan murka. Itu bukan berarti aku membencinya. Tapi aku lakukan agar aku bisa menari ditengah hujan keesokan harinya. Kamu seperti hujan sore ini. Rasanya jengah dengan segala hentakan masalah yang bertubi-tubi. Sudah penuh tampungan di dalam pikiran ini. Sudah sangat berat rasanya memikul ketidaknyamanan yang sudah lama bersemayam. Kamu seperti hujan sore ini. Tumpah dengan volume yang tidak sedikit, dengan serpihan-serpihan angin yang memaksa atom-atom bumi bergesekan. Entah apa yang kamu pikirkan, entah apa yang membuatmu tidak dalam posisimu sekarang, walaupun kamu masih dalam jangkauanku sekarang. Tapi entah dimana sebenarnya kamu. Yang jelas bukan lagi ada disini. Memaksa diri untuk memandangi hujan sore ini membuat aku merasa aku harus membawa penadah butiran-butiran air yang turun,sama seperti ketika melihatmu. Ingin rasanya memaksamu mengeluarkan apa saja yang menjadi bebanmu, kalau saja bisa. Aku sudah melepas semua ego, berusaha memgontrol semua keegoisan dengan sedikit demi sedikit menarik ujung-ujung bibir ini agar kamu tau, aku baik-baik saja. Aku merindukanmu seperti semua daun kering dimusim kemarau merindukan hujan. Aku merindukanmu seperti sebuah boneka merindukan tuannya. So ? Laugh like you've never been hurt. Over-thinking ruins you. Ruins the situation, twists things around, makes you worry and just makes everything much worse than it actually is. 


“Rain drops are not the ones who bring the clouds.” 
Sorin Cerin 

The sky goes from dark gray to almost black and a loud thunder snap accompanies the first few raindrops that fall. Heavy, warm, big drops, they drench me in seconds, like an overturned bucket from the sky dumping just on my head.
I miss you. always been you, Sid .

Sunday 18 November 2012

Selovakia Traditionelle Dörfer

übberaschend !
 woo-hoo \m/
Hari ini adalah  salah satu hari dimana masih ada sisa-sisa semangat yang sudah terkubur beberapa minggu ini. Untuk kesekian kalinya aku melirik jam ditangan, mencoba mempercepat waktu dengan memasukkan apapun yang aku suka ke dalam tas hitam ransel kesayangan. Menunggu matahari tepat ditengah ubun-ubun ternyata memakan banyak energi. Masih dengan sesekali melirik jam tangan, dan berharap matahari lebih cepat melintas, aku menunggu si Gito - sebutan buat salah satu teman kesayangan waktu kami sama-sama mempunyai cerita di sebuah tempat dimana kami sebut itu adalah tempat pelepas penat. Itu bukan hanya tempat singgah ketika kami diwajibkan untuk bermukim sementara untuk persyaratan lulus sebuah Universitas. Ini adalah rumah, tempat kami menemukan sebuah kenyamanan tak terbatas, menemukan canda tawa anak kecil di antara jurang-jurang pemisah kebun, menemukan gurauan para tetua yang menghabiskan sisa-sisanya hidupnya dengan bercocok tanam dan sekedar memandangi anak - cucunya bercengkrama dan berimajinasi bebas. Ini adalah rumah kedua kami. Tempat kami, suatu saat akan kembali lagi.

Disini, walaupun tidak ada kehidupan kota dengan segala kelengkapan hidup yang sangat dramatis, tanpa ada kemewahan dan kemajuan teknologi yang signifikan, sangat bisa dipastikan, tidak akan pernah ada yang menyesal, pernah menjadi sebuah keluarga di tempat yang kami sebut rumah ini. Dengan keanekaragaman bentuk karakter yang masih sangat alami, aku mencoba untuk mempertapakan pikiran dan perasaan. Membuang jauh-jauh masalah yang menggerogoti kepala untuk beberapa menit, menarik nafas panjang dan sesekali menghirup aroma khas tempat ini. Membentangkan tangan lebar-lebar dan bersorak-sorai seperti anak kecil, semua bebas dilakukan.



 Tempat yang selalu mengharapkan kehadiran kami.
Tempat kami selalu kembali.
Der ist sehr süß.

Dsn.Gondang, Desa Jeruk, Kec Selo, Kab Boyolali
Central Java

Thursday 1 November 2012

Hey Sugar ..

Hey Sid.. sudah masuk hari kelima dengan keadaanku terkapar nggak berguna seperti ini aku masih saja berharap ada kamu disampingku, sekedar menciptakan tawa bersama atau mungkin mengalihkan raa sakit yang aku rasa dengan cerita-ceritamu. Tapi itu semua cuma ada didalam imajinasi bebasku. Buktinya kamu tetap tidak ada dalam jangkauanku sekarang. 

Dalam doaku siang tadi, aku cuma meminta pada Tuhan, bukan muluk-muluk tentang masa depan, kali ini. Aku hanya memohon pada-Nya, biar kamu tetap dalam lingkaran semula, awal komitmen kita, 
Aku hanya memohon pada-Nya, biar kamu tetap memanggil dan mencari satu nama, 
Aku hanya memohon pada-Nya, biar disaat aku tidak bisa bermain bersama anjing kita, kamu tetap merawatnya seperti janjimu dulu ketika kita baru saja memulai cerita.. 

Hey Sid ..  ini hari ketujuh setelah tepat setahun yang lalu aku melihatmu dengan kaos merah. Aku sering sekali menyangkal kalau pada hari itu aku tidak memperhatikanmu. Aku bohong. Aku selalu melihatmu. 
Selamat menjalani bulan ketiga, sugar ..
Walaupun aku belum bisa mengucapkannya langsung .. 


I LOVE YOU, SUGAR





Cepatlah kembali.
Aku rindu.