Thursday 22 August 2013

Angin Lalu

Mungkin benar ketika kekuatan untuk tidak melihat kebelakang, berlari dari kenyataan, dan menghilang dari segala sudut pandang selalu terpatahkan ketika satu-satunya alasan mengapa kita diharuskan pada keadaan tersebut, muncul lagi. Yah keberanian untuk menulis lagi, muncul ketika dengan datarnya kamu mulai menampakkan senyuman yang selalu aku hindari, mengajakku kembali dalam hari-hari yang selalu aku coba buat tidak mengingatnya lagi.

Ternyata aku kalah. 

Aku memang melewatkan beberapa momen khusus yang masih terpatri dalam hati. Semua detail tanggal, hari bahkan pakaian  apa yang pernah kamu pakai ketika mengajakku bercerita, semua masih sama, tersimpan rapat dibagian yang gampang ditemukan oleh ingatan, dan dirasa oleh hati. Aku masih melayang, flashback cerita kita masih selalu terputar setiap hari. Hingga suatu hari, kamu seolah tau ketika setiap malam aku bermimpi yang sama berturut-turut, bermimpi cerita yang mungkin akan kita lupakan nantinya. Cerita yang mungkin kamu sudah bosan untuk mengulanginya lagi. Cerita tentang kita yang sedang menggenggam tali pengikat antara anjing dan tuannya. Aku sudah berusaha berganti posisi tidur. Tapi usahaku selalu kalah dengan kuatnya kenangan. Yah disini, aku tepat berada didepanmu lagi, melihat semua gerak-gerikmu dari sebuah lensa telepon genggam. Aku berusaha diam seolah-olah sibuk memainkan telepon genggam ini berusaha memperlihatkan kesibukanku di dunia maya. Padahal, yang sebenarnya terjadi, aku melihatmu berekspresi bebas, ketika kamu bercerita tentang kehidupanmu setelah denganku. Aku menahan nafas, berusaha untuk mengontrol emosi ketika ingin sekali rasanya memelukmu saat kamu tersenyum renyah disela-sela ceritamu. Kamu bertingkah seperti anak umur lima tahun yang sedang senang-senangnya dibelikan mainan. 


Lagi-lagi aku kalah.

Aku dikalahkan oleh diri sendiri. Beberapa waktu yang lalu aku berjanji untuk menyerah. Tidak lagi berusaha untuk mengingat cerita-cerita kita. Membuang jauh-jauh semua yang terkait, semua yang bisa memunculkan lagi kenangan-kenangan indah ini. Indah ketika kamu masih ada disampingku dengan genggamanmu.  Tapi hari ini aku kalah. Kalah ketika senyumanmu masih sama indahnya seperti yang aku lihat dulu. Kalah ketika sebuah kecupan manis mendarat lagi dikening. Semua berantakan. Fase-fase keterpurukan, fase-fase seolah tidak peduli luluh lantak dengan aroma keberadaanmu yang sangat lekat ini. Tetaplah seperti ini, sampai memang waktu yang mengharuskan kita untuk melupakan apa yang ada, bersama-sama. 


Selamat hadir kembali, Sugar. Setidaknya sampai aku bisa membangun kembali sisa-sisa tawaku, yang sudah lama terlepas dari liangnya. : ) :