Menarik nafas panjang dan sesekali melirik kearahnya. Ini bukan karena
penyakit sesak nafasku kambuh. Ini karena sebuah pertanyaan yang
sebenernya mungkin hanya sebuah canda gurau dan mungkin juga akan
terlupakan sepersekian detik oleh sang penanya. Tapi tidak buatku. Aku
yakin mimik mukaku sudah seperti orang yang gelisah setengah mati.
Antara senang dan sedih antara murka dan tawa. Ditengah sebuah keadaan
yang memaksaku menghabiskan suapan-suapan terakhir di makan malam kita
hari ini, kamu membuatku melayang di udara, tapi di sisi lain kamu
seperti melemparkan bom waktu yang entah bisa meledakkanku kapan saja.
Ini tetap bukan salahmu. Ini salah keadaan. Bukan karena aku tidak
senang dengan sebuah pengungkapanmu, tapi mungkin karena kita
diciptakan terlalu berbeda. Kalau saja bisa meminta pada Tuhan, kalau
saja bisa mempersatukan apa yang membuat kita berbeda, mungkin aku tidak
perlu gelisah seperti ini. Aku bisa saja melompat kegirangan dan
langsung memelukmu erat-erat. Tapi tidak aku lakukan. Aku hanya berusaha
menahan air dipelupuk mata ini agar tidak cepat-cepat terjatuh. Aku
selalu berusaha menjaga bukan hanya perasaan ini, semua cerita apapun
bentuknya. Aku mulai belajar mengenal dirimu yang dulu hanya aku liat
dan perhatikan ala kadarnya. Dalam hati aku berjanji untuk selalu
mencuri-curi kesempatan melihatmu sampai puas. Walaupun sekarang tanpa
aku minta pun kamu selalu ada disampingku. Tapi aku tetap tidak mau
menyianyiakan setiap kesempatan berdua denganmu, selagi kita belum
terpisahkan dengan jarak. Sebelum waktu tempat kita berpijak sudah
tidak lagi sama, ketika kita masih sama sama melihat matahari dan
bintang dengan waktu yang sama. Selama kita masih bisa menjawab dengan
ucapan selamat pagi yang sama. Sebelum aku dan kamu terpaku dengan
kebiasaan yang sudah berbeda. Aku selalu takut ketika waktu itu datang
menjemput. Secepat-cepatnya aku berlari, waktu tetap dengan tempo yang
sama, akan segera menyusulku dan mengajakku untuk beradaptasi bercerita
ditempat yang berbeda. Ketika saatnya tiba, tolong berjanji padaku untuk
selalu menjawab sapaanku, walaupun disana masih pagi dan disini sudah
tengah malam. I love you, Sid. and always been you.
Note : dengerin lagu Jet Lag - Simple Plan, Sid . Ini membuatku terbunuh pelan-pelan. Ketika kita berbeda benua. Ketika Matahari tak lagi sama waktunya.
Note : dengerin lagu Jet Lag - Simple Plan, Sid . Ini membuatku terbunuh pelan-pelan. Ketika kita berbeda benua. Ketika Matahari tak lagi sama waktunya.
No comments:
Post a Comment