Saturday 23 February 2013

Jam Tangan Hitam Pendengar Denyut Nadi

Jam tangan ini bukan jimat. Bukan juga aksesoris kebanggaan. Ini hanya sebagai pengingat waktu ketika aku bersamamu dulu. Karena ketika sudah ada di lingkup nyaman bersamamu, aku selalu lupa waktu. Tapi sekarang setiap detik tidak akan aku biarkan jam tangan ini lepas begitu saja. Bukan karena aku tidak punya jam tangan selain ini. Tapi karena ini jam tangan kesayanganmu yang kamu jaga dari waktu ke waktu dan menyuruhku untuk menjaganya - entah sampai kapan. Setiap hari kemanapun aku pergi, jam tangan ini selalu setia menemani setiap detik denyut nadi ini. Semoga ini cukup sebagai pertanda jika hanya ini benda darimu yang paling dekat denganku. Ini bukan lagi alat pengingat waktu. Ini juga bisa aku alihkan sebagai alat pengingat jika dulu entah dimana saja, setiap celah jari ini selalu terisi jarimu. Ah, sudahlah. Ini hanya sebuah jam. Jam tangan sederhana dengan energi sekuat baja yang sudah sering aku ajak menyelam dan bermain air. Tidak hanya ketika bermain air saja, jam tangan ini selalu aku ajak menikmati setiap udara yang aku hirup dengan semua cerita yang aku jalani dari hari ke hari ketika kamu sudah tidak bisa bercerita lagi denganku. Sudah aku bilang sebelumnya, ketika suatu saat aku menemukan jalan buntu, kadang aku harus memutar otak lagi untuk menemukan jalan keluar. Ah ya, mungkin jalan masuk adalah jalan keluar yang paling aman. Aku akan mengulang setiap detik cerita yang aku lalui denganmu, di setiap tempat yang pernah kita datangi, dulu. Aku akan memperlihatkan ulang ketika dunia ini masih sangat berwarna. Tidak kelabu seperti sekarang. Tidak juga ketika aku dalam keadaan terkapar dan hanya bisa mendengar tetesan-tetesan cairan infus ini jatuh dan rasa nyeri diujung-ujung arteri ketika bekas-bekas tusukan jarum suntik menghiasi beberapa lapis kulit tangan ini. Aku harus melepas jam tangan kesayangan ini untuk beberapa waktu. Rasanya seperti harus dijauhkan olehmu untuk yang kedua kalinya. Aku letakkan jam ini tepat disampingku berbaring sekarang. Biar dia saja yang melihatku dengan denyut nadi yang tidak beraturan menunggumu untuk kembali bercerita walaupun semua harapan sudah digantungkan tinggi-tinggi diatas kepala dan hanya akan menguap jika siang sudah datang. Yah berharap dan bermimpi memang beda tipis. Bahkan aku sudah enggan untuk punya mimpi lagi sekarang. Ketika yah, kamu dan semua orang yang mencela cerita kita mulai mengubah warna duniaku menjadi abu-abu dan usang lagi. 

The Only way that we can life, is if we grow. The oly way that we can grow is if we change. The ony way that we can change is if we learn. The only way we can learn is if we are exposed. And the only way that can become exposed is if we throw ourselves out into the open. Do it. Throw yourself. 
-C. Joybell C-

No comments:

Post a Comment