Tuesday 12 February 2013

Tidak Perlu Melebur Beda

Sudah mati rasa otak ini. Sudah penuh dengan berton-ton muatan yang harus dipikirkan seminggu ini. Semua susah dipahami, dari sudut manapun. Aku keluar dari kebiasaan. Mulai dari packing liburan yang biasanya- seminggu sebelumnya sudah aku persiapkan dengan semangatnya, bahkan H-2 ini rasanya masih malas dengan setumpuk baju dan sebuah Carrier yang sudah selalu setia menemani meloncati pulau-pulau. Aku kehilangan sebuah alasan untuk mengembangkan senyum beberapa hari terakhir, mungkin sudah lama sebenarnya. tapi ini semua biar kita bisa berjalan bersama, tanpa kamu harus tau, kalo di salah satu sudut ini, aku begitu kesepian. Kita melewati liburan yang seharusnya menjadi menyenangkan ini, dengan sedikit hambar. Bukan kita atau mereka, tapi cukup aku saja. Kamu bukan lagi seperti seorang sahabat, partner setia dalam tawa ataupun duka. Kamu sudah memulai lagi membangun sebuah pagar biar aku tidak lagi bisa berlalu lalang di kehidupanmu. Entah apa sebabnya. Aku bakal mempertanyakan suatu saat nanti, sebuah kebenaran yang sebenar-benarnya.

02.10 wita - Minggu dini hari.
di sebuah Pulau di Timur Indonesia.
Aku kehilangan partner ceritaku. Aku rasa ini hanya sebuah mimpi buruk. Aku akan cepat-cepat tidur kalo begitu. Biar ketika aku bangun nanti, kamu masih menggenggamku dengan eratnya seperti biasa.

05.38 wita - masih di Minggu yang sama
dipinggir pantai berharap sebuah sunrise datang tepat waktu
 Masih dengan muka setengah berharap kalo tadi malam adalah mimpi, setengah berharap kalo ini hanyalah candaan yang luar biasa kelewat batas, aku mengumpulkan kerang-kerang cantik sambil menunggu matahari datang tepat waktu. Biar aku kena sengatan panasnya dan bangun dari mimpi buruk ini. matahari tertutup awan hitam dan aku bermimpi selamanya. 

03.05 wita - Senin dini hari.
menunggumu dan mulai (lagi) membenci tidur 
Berharap kamu kembali dengan cepat dari tempat ternyamanmu sekarang bersama mereka. Aku butuh kamu disini. Butuh bantuanmu untuk menghadapi hari-hari besok tanpa arah. Tapi kamu bilang kita bakalan baik-baik saja. Dan kamu janji akan menggenggam tanganku sampai liburan selesai. Dan aku mulai memaksakan sekuat tenaga yang tersisa untuk tersenyum. 

17.58 wib - Selasa sore sendu.
 Hujan diluar, kereta melaju melambat, tepat didepanku kamu tertidur pulas 
Aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi karena Tuhan memberiku kesempatan untuk mengerti dan mulai memahami keadaan ini, aku tau kalau kamu baik-baik saja. Dengan sebuah kenyamanan baru yang bakal kamu dapetin tidak lagi dengan sebuah perbedaan, dan pasti didukung penuh oleh lingkungan. Aku tau kamu baik-baik saja. Begitu pula Tuhan tau aku pasti baik-baik saja.


00.21 wib - Rabu dini hari.
Kita sama-sama jadi anak kecil. Menangis bersama. Aku tau kamu baik sekali dengan tidak membiarkanku menangis sendirian.
Aku mulai mengerti keadaan. Katamu aku sudah dewasa sekarang. Mulai pertama kali kita mulai cerita kita, mulai saat itu juga aku selalu percaya kamu. kamu bilang aku sudah dewasa sekarang, aku tau aku pasti lebih cepat bangkit daripada anak kecil manapun. Aku mulai menikmati aroma badanmu yang dulu setiap hari aku dapatkan untuk terakhir kalinya di posisi ternyaman ini. Hingga aku terlelap dan enggan untuk memikirkan keesokan harinya. 


Entah sekarang jam berapa dan dimana aku. Yang jelas, apapun didekatku sekarang hanya hitam dan putih yang melebur jadi satu. Bukan perbedaan kita yang melebur. Tapi warna cerita kita yang sudah mulai menjadi abu-abu. 
 
ik hou van je Sid.
sampe detik ini.

No comments:

Post a Comment