Bukan dengan alasan apapun aku menulis lagi
sebuah ketakutan yang mengejarku selama beberapa waktu terakhir ini. Bukan juga
aku bergaya selayaknya jiwa-jiwa masa kini yang mengatasnamakan sebuah frase
kata galau untuk menjadi tameng mendedikasikan ketenaran diatas lini masa dan
segalanya. Ini hanya sebuah coretan usang dengan gaya bahasa ala kadarnya,
ketika dengan kondisi paling wajar sebuah kegelisahan akut, masih bisa
meluangkan apa yang ada. Aku capek diterbang hentakkan kondisi ini. Aku bukan
pemohon yang baik, tapi aku juga bukan penerima kedipan sebelah mata yang bisa
terlalu rendah dipandang orang. Aku hanya diserbu ketakutan, ketakutan
menghadapi kenyataan. Bukan karena kamu telah mematahkan prinsip yang sudah aku
sisipkan disetiap denyut nadi, ini hanya ketakutan ketika dimana kamu tidak
lagi mencariku. Aku seperti terhunus trisula dengan kerasnya ketika kamu
berperan dengan baik melangkah pergi dengan seribu langkah dari titik pertemuan
kita. Ketakutan ini tidak akan berhenti sampai dengan enggannya aku memintamu
untuk diam dan tetap disini, paling tidak hingga satu musim lagi. Ketika semua
bermekaran dengan cantiknya, hingga bisa menutupi semua retakan yang ada,
hingga tidak ada lagi cerita bodoh yang bisa mengakibatkan aku mengutuk diri
sendiri, mengutuk perasaan yang dengan mati-matian aku sembunyikan. Entah kapan
bisa terungkap dengan lisan, ketika waktunya datang, tetaplah disini.
Note : aku bukan dengan sengaja meminta, Ini ketidaksengajaanku
untuk bisa berpikir bukan dengan logika ketika aku terpaksa mengakui kalau cuma
kamu alasanku untuk menulis lagi.
Jangan pura-pura tidak melihat kalau ini adalah semua tentang kamu. Aku juga berusaha untuk tidak berpura-pura lagi menganggap ini hanya sebuah keseruan yang dikejar waktu.
No comments:
Post a Comment